Cerpen - Bukan Rumahku


Cerpen Bukan Rumahku
Karena tidak mampu menguru ketiga anaknya, Sali, Sunke, dan Sani anak bungsunya yang tunawicara seorang duda kaya bermaksud mencari pengasuh bagi ketiga anaknya. Sementara itu, seorang wanita bernama Martini, yang pekerjaannya sebagai perawat sedang membutuhkan suatu pekerjaan. Ia kemudian melamar sebagai pengasuh anak pada keluarga penjabat tinggi itu dan langsung diterima. Ia diberi sebuah kamar di rumah majikannya.

Martini sangat telaten, penyabar, dan penyayang sehingga hanya dalam tiga bulan saja, ketika anak asuhannya telah akrab dengannya. Melihat keakraban anak anaknya dengan pengasuhnya, si duda kaya yang terhormat itu bermaksud menikahi Martini. Tentu saja, Martini merasa kager dengan permintaan majikannya. Selain tidak pernah menduga adanya permintaan itu, ia juga telah menikah dengan Basir, seorang pelaut. Ia tidak habis pikir mengapa majikannya berniat memperistri dirinya padahal ia hanyalah seorang pelayan yan miskin dan bodoh. Dalam hatinya kemudian timbul kesadaran bahwa ia hanya akan dijadikan pemuas nafsu majikannya sekaligus pengasuh ketiga anaknya. Ia merasa terhina atas permintaan majikannya itu.

Setelah kejadian itu, Martini memutuskan untuk melarikan diri dari rumah majikannya dan kembali ke desanya yang kumuh. Namun, karena ia telah terbiasa tinggal di rumah majikannya yang tenang dan nyaman, ia menjadi tidak betah tinggal di rumahnya yang kumuh dan sangat hiruk pikuk itu. Itulah sebabnya, ia tidak menolak untuk kembali ke rumah majikannya ketika pesuruh majikannya datang menjemputnya.

Ketika sampai di rumah majikannya, ia disambut dengan baik olehnya. Ternyata, majikannya tidak merasa tersinggung atas kepergiannya. Ia sepenuhnya menyadari bahwa penolakan Martini disebabkan perbedaan agama dan status sosial di antara mereka. Sikap majikannyaitu membuat Martini justru ingin mengetahui lebih dalam tentang masa lalu majikannya.

Mulailah Martini menanyakan perihal majikannya kepada Mamat, salah seorang pembantu yang sejak kecil tinggal di rumah majikannya. Dari Mamat itulah, ia mengetahui semua rahasia majikannya. Ternyata, hubungan majikannya dengan mendiang istrinya semakin  memburuk pada saat kelahiran putera bungsu mereka. Pada saat itu, istrinya menyeleweng dengan pria lain, sedangkan majikannya yang memiliki kelainan seksual lebih suka berhubungan dengan sesama jenis. Bahkan, ketika istrinya meninggal, ia melampiaskan nafsunya kepada Mamat.

Setelah mengetahui masa lalu majikannya, Martini menjadi semakin mengerti tentang beragam tingkah laku manusia. Ia sama sekali tidak menyalahkan majikannya ataupun Mamat. Ia beranggapan bahwa masing masing mereka memiliki alasan tersendiri untuk melakukan perbuatannya. Yang terpenting bagi dirinya adalah uang dan pekerjaan, ia tidak peduli apapun yang dilakukan oleh majikannya.

Ternyata, apa yang terjadi selanjutnya sangat di luar kemampuannya. Ia kemudian justru jatuh pada pelukan majikannya. Pada saat itu, yaitu seminggu setelah suaminya kembali berlayat dan Mamat berhenti sebagai pembantu di rumah majikannya. Entah setan mana yang merasuki dirinya, ia tergoda oleh rayuan lelaki itu. Ia pun semakin terjebak oleh rayuannya, sehingga selain sebagai pengasuh anak, ia pun dijadikan pemuas nafsu majikannya. Ia terus menerus melakukan hal itu. Namun, wanita itu juga tetap melayani suaminya bila kebetulan ia pulang berlayar. Martini melayani suaminya sebagaimana seorang istri yang setia. Ia berhasil menyembunyikan hubungan gelap dengan majikannya itu.

Pada suatu hari, Martini hamil. Ia merasa takut karena suaminya adalah lelaki yang mandung sehingga ia tidak mungkin bersedia menerima kehamilannya. Suaminya sudah tentu akan mempertanyakan anak dalam kandungannya. Hari harinya kemudian ia jalani dengan perasaan tersiksa. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena beberapa saat kemudian, ia mendengar berita kematian suaminya akibat kecelakaan dalam pelayarannya.

Kematian Basir justru memberikan angin segar kepadanya untuk melanjutkan hubungan gelapnya dengan sang majikan. Kedua puteri majikannya yang mengetahui hubungan ayahnya dengan Martini kemudian memutuskan untuk keluar dari rumahnya, sehingga di rumah itu tinggallah si bungsu saja. Martini kemudian di percaya untuk mengatur segala pengeluaran rumah tangga majikannya.
Pada suatu hari, sang majikan menderita penyakit yang parah dan ia telah mulai pikun. Hal itu membuat tugas Martini semakin berat, hingga ketika keuangannya sudah habis sama sekali, ia dan majikannya harus merelakan rumah tinggalnya untuk membiayai pengobatan sang majikan. Keduanya kemudian menempati rumah kontrakan yang sederhana.

Keadaan yang menimpa mereka berdua selanjutnya membangkitkan kesadaran Martini. Ia menyadari bahwa suatu saat apabila sang majikan meninggal dunia, ia tidak akan mendapatkan apa apa. Rumahnya yang ditempati itu pun bukanlah milik sang majikan. Ia kemudian menyadari bahwa ia hanyalah sebagai pengasuh orang tua yang sudah mulai pikun saja. Tak ada masa depan bagi dirinya. Dengan ketetapan hatinya, ia pun pergi meninggalkan majikannya.
Karya Titis Basino
0 Komentar untuk "Cerpen - Bukan Rumahku"

Back To Top