Cerpen - Asmara Djaya

Karya Adinegoro
Cerpen - Asmara Djaya

Rustam telah dinikahkan secara adat dengan Nuriani. Anak saudara ibunya yang tertua di Padang. Karena tidak menyetujui pernikahan itu, Rusman tidak bersedia menghadiri upacara pernikahannya di Padang, namun ia dipaksa oleh orang tuanya untuk menandatangani surat pernikahannya. Beberapa saat setelah pernikahan adat tersebut, Nuraini diboyong ke Bandun untuk menemui Rustam bersama ibu dan kedua mertuanya. Dalam perjalanan, gadis itu mencoba menerka nerka sikat Rustam terhadap dirinya sebab dia belum pernah bertemu dengan lelaki itu dan bagaimana wajahnya pun, ia saa sekali tidak mengetahuinya. Ketika ia sedang terombang ambing dalam lamunannya, seorang pemuda yang bekerja sebagai obseter itu ternyata mampu mengusik hati Nuraini. Dalam hatinya, ia menaruh hati kepada pemuda itu. Namun, ia berusaha mengekang dirinya karena ia telah bersuami sekalipun melalui pernikahan adat.

Rustam sebenarnya telah menikah dengan Dirsina, seorang gadis Priangan pilihan dirinya sendiri. Kehidupan rumah tangga mereka sangat bahagia, kalau saja anak pertama mereka yang baru berumur satu tahun, Dirmansyah, tidak meninggalkan mereka untuk selama lamanya. Kini musibah itu telah membuat kehidupan rumah tangga mereka diliputi oleh kesedihan. Karena itu, kedatangan keluarga Rustam beserta istri adatnya semakin menambah beban psikologis bagi mereka. Untuk menolak kedatangan rombongan tersebut, sama sekali tidak mungkin sebab mereka telah berada dalam perjalanan. Hati Dirsina berdegup kencang menantikan kehadiran keluarga Rustam. Ia tidak ingin bertemu denan Nuraini, apalagi bertemu dengan mertuanya sebab perkawinannya dengan Rustam tidak disetujui hanya karena ia bukan berasal dari Minangkabau. Ia bertambah tersiksa karena pada saat itu ia dalam keadaan sakit.

Rustam dan Dirsina berusaha untuk menerima kedatangan orang tua Rustam dan istri adatnya dengan baik, namun hati mereka tidak bisa dibohongi. Keduanya tidak bisa menerima kedatangan mereka dengan tulus ikhlas. Itulah sebabnya ketika rombongan dari Padang itu muncul dihalaman rumah mereka, Rustam tidak mengizinkan mereka memasuki rumahnya. Ia tidak ingin melihat Dirsina yang memang sedang dalam keadaan lemah, jatuh pingsan ketika melihat kedatangan rombongan itu.

Mendapat sambutan seperti itu, rombongan dari Padang itu sangat terkejut. Namun, setelah Rustam menjelaskan permasalahan yang sebenarnya, mereka dapat memahaminya. Itulah sebabnya, mereka bersedia ketika Rustam menyuruh mereka untuk menginap di rumah salah seorang temannya. Sementara itu, Dirsina yang memang sedang dalam keadaan lemah, jatuh pingsan ketika melihat kedatangan rombongan itu.

Menghadapi permasalahan yang sangat membelenggu dirinya itu, Rustam merasa bingung dan berputus asa. Dalam keputusannya itu, ia mencoba untuk bunuh diri. Namun, niatnya gagal karena salah seorang tetangganya yang bernama Nyonya Meerman menyembunyikan pistol yang hendak ia gunakan untuk bunuh diri. Wanita itu kemudian menasihati Rustam agar ia menyerahkan semua persoalannya kepada Tugas Yang Mahakuasa. Sementara itu, Nyonya Meerman, yang juga berprofesi sebagai dokter, bergegas mengobati Dirsina.

Pertolongan Ny. Meerman tidak hanya sampai di situ. Ia juga berusaha mencari jalan keluar untuk mengatasi persoalan Rustam. Ia menemui ibu Nurani untuk mencari pemecahan yang terbaik. Pembicaraan di antara mereka yang penuh kekeluargaan ternyata membuahkan hasil. Ibu Nuriani memehami permasalahan itu karena pada masa mudanya, ia pernah mengalaminya, ia tidak ingin melihat Dirsina semakin menderita. Dari pengalaman itu, ia dan Ny. Meerman bersepakat untuk menceraikan Rustam dengan Nuraini. Apalagi, menurut ibu Nuraini, putrinya sendiri belum tentu mampu menerima keadaan seperti ini. Ia belum pernah mengenal Rustam dan keduanya pun belum pernah hidup serumah sebagai suami istri. Dengan demikian, belum terlambat untuk memutuskan ikatan pernikahan mereka. Ibu Nuraini menemui keluarga Rustam untuk membicarakan keputusannya itu. Namun, keluarga Rustam menolaknya. Bahkan, mamaknya Rustam bersikeras untuk mengadakan pesta perkawinan untuk Rustam dan Nuraini.

Dengan sangat berhati hati, Ibu Nuraini dan Ny. Meerman tetap menjalankan niat mereka untuk menceraikan Rustam dan Nuraini. Atas saran Ny.Meerman, mereka sepakat untuk tidak memberitahukan keputusan tersebut kepada pihat keluarga Rustam. Wanita itu juga menyarankan agar Rustam dan Dirsina mengambil cuti dan pergi di luar kota. Namun, sebelum mereka meninggalkan Bandung, ia menyuruh Rustam untuk menulis surat kepada Nuraini dengan kata kata yang lemah lembut agar wanita itu tidak merasa tersinggung. Sedangkan Nuraini dan ibunya, untuk sementara waktu tetap tinggal di Bandung untuk menghindari ejekan dari orang orang sekampungnya di Padang.

Namun, sebelum berangkat, Rustam memutuskan untuk memberitahukan masalah tersebut kepada orang tuanya. Sebagai anak yang menghormati adat dan sangat menghormati orang tua, ia kemudian meminta ampun kepada ayahnya. Ternyata, ayahnya telah berubah pikiran. Ia menyetujui pernikahan Rustam dan Dirsina. Ia juga berjanji untuk tidak mengganggu kerukunan rumah tangga mereka untuk selama lamanya. Setelah semuanya tuntas, keesokan harinya orang tua Rustam kembali ke Padang.
0 Komentar untuk "Cerpen - Asmara Djaya"

Back To Top