Cerpen - Air Mata Seni

Karya Rusman Efendi

Elina adalah seorang putri tunggal dari Suta Pangeran yang sangat dikenal oleh orang orang sekampungnya karena kecantikan parasnya. Banyak pemuda yang mencoba mendekatinya, namun tanpa alasan yang  jelas, ia dikejar kejar oleh seekor kerbau yang sedang mengamuk. Ia merasa sangat ketakutan dan mencoba berlalri dengan sekuat tenaga. Pada saat itu, seorang pelukis bernama Indra melihat kejadian tersebut. Tanpa berpikir panjang, pemuda itu menolong Elina sehingga ia terlepas dari bahaya. Ketika melihat tangan Indra yang trerluka parah, Elina segera membawa pemuda itu ke rumah sakit. Namun, karena lukanya tergolong parah, indra harus mengalami rawat inap sampai lukanya benar benar sembuh. Selama indra menjalani perawatan, hampir tiap hari, Elina menjenguknya. Tak lama kemudian, Indra dibolehkan pulang. Setelah Elina menyelesaikan seluruh bbiaya administrasi, ia p[un pulang bersama sama dengan pemuda itu. Di tengah perjalanan, Elina hampir terjatuh karena kakinya tergelincir dan untuk kediua kalinya, Indra menolong gadis itu. Pertolongan yang diberikan Indra dengan tulus membuat Elina merasa beruitang budi kepadanya. Ia mulai menyukai pemuda itu. Sejak saat itulah, keduanya semakin akrab. Bahkan, hampir tiap hari Elina mengunjungi rumah Indra. Ketika Indra memintanya untuk menjadi model lukisan yang akan dilombakan di Jakarta, Elina langsung memenuhi permintaan tersebut.

Pada suatu malam Indra mengajak Elina menonton film di sebuah bioskop di kota mereka. Sepulangnya, mereka mampir ke sebuah restoran yang didalamnya diperdengarkan alunan sebuah musik yang sangat lembut sehingga menambah keromantisan susana di antara mereka. Tiba tiba seorang pemuda Belanda bernama Darwin menghampiri meja mereka dan mengajak Elina untuk berdansa. Bagaikan tersihir oleh ketampanan dan kegagahan pemuda Belanda itu, Elina pun segera mengikuti pemuda itu dan berdansa dengannya, Melihat hal itu, Indra menjadi sangat marah dan cemburu, namun ia tidak dapat berbuat apa apa. Ia menyesal karena telah membiarkan Elina berdansa dengan pemuda Belanda itu. Namun, ketika melihat Elina tampak terbuai oleh rayuan Darwin dan tidak mengabaikan keberadaan dirinya, Indra pun memutuskan untuk meninggalkan gadis itu.

Sejak kejadian malam itu, Elina menjadi jarang mengunjungi Indra. Sebaliknya hubungannya dengan Darwin bertambah dekat. Kenyataan itu membuat Indra merasa sedih, marah, kecewa dan berbagai perasaan lain berkecamuk dalam dirinya. Ia ingin merobek robek lukisan Elina yang akan diikutsertakan dalam lomba. Namun, karena waktu sayembara sudah semakin dekat, dia membatalkan niatnya.

Suatu hari, Elina mendatangi rumah Indra dan memberitahukan bahwa ia akan pergi ke Jakarta selama satu minggu bersama Darwin. Selama di Jakarta, Elina mulai terbawa oleh arus pergaulan peradaban barat. Ia semakin menikmati gaya hidupnya yang baru dan semakin terbuah oleh kemewahan yang diberikan oleh Darwin. Ketika pemuda itu memintanya untuk menjadi lukisannya, tanpa berpikir panjang, ia pun menyetujuinya. Ia termakan oleh bujuk rayu Darwin yang berjanji akan menikahinya apabila lukisannya berhasil memenangkan sayembara. Namun apa bila Indra yang menang, Elina akan dikembalikan ke pangkuan Indra. 

Pengumuman sayembara pun tiba dan ternyata Indra yang memenangkan satemabara itu. Dengan berat hati, Darwin pun menyerahkan Elina kepada Indra. Namun, Indra tidak mau menerima Elina kembali karena ia meragukan kesucian gadis itu yang telah lama bergaul erat dengan Darwin. Sekalipun gadis itu telah berusaha menyakinkan bahwa ia tidak pernah dinodai oleh Darwin, Indra tetap tidak mau menerimanya, Ia tidak mau lagi bertemu lagi dengan Elina. Bahkan ketika Elina berkunjung kerumahnya, ia mengusirnya. Sepulang dari rumah Indra, Elina tertabrak mobil. Indra yang melihat kejadian itu segera membawa Elina ke rumah sakit. Namun, keadaan Elina semakin kritis dan menjelang ajalnya, hadis itu berpesan kepada seorang perawat bahwa ia mengharapkan agar Indra bersedia mengakui kesuciannya dan bersikap tabah menerima kematiannya.

Indra merasa menyesal, namun semua itu tidak berguna lagi. Ia menyesali kebodohan dan keangkuhan dirinya terhadap Elina. Karena penyesalannya yang begitu mendalam, ia pun pergi mengembara tanpa tujuan dan menyerahkan seluruh hartanya kepada teman teman seprofesinya.
0 Komentar untuk "Cerpen - Air Mata Seni "

Back To Top