Cerpen - CITRA (Bayangan Waktu Fajar)



Pak Suryo adalah pemilih perkebunan teh Ondermening teh Megaputih. Ia memiliki seorang anak lelaki bernama Harsono. Terhadap anak laki laki satu satunya, ia sangat menyayanginya dan memanjakannya sehingga Harsono tumbuh menjadi pemuda manja, egois, dan suka menghambur hamburkan harta. Selain itu, Pak Suryo juga memiliki seorang anak tiri bernama Sutopo. Berbeda dengan Harsono, anak tiri Pak Suryo juga memiliki seorang anak tiri bernama Sutopo. Berbeda dengan Harsono, anak tiri Pak Suryo ini adalah seorang pemuda yang berbudi luhur, taat kepada orang tua, dan selalu membantu usaha perkebunannya itu. Ia bahkan tidak berkeberatan ketika adik tirinya menganggapnya sebagai pekerja harian. Namun demikian, Harsono tetap tidak menyukai kakak tirinya itu. Ia selalu berburuk sangka terhadapnya dan menuduh bahwa Sutopo bermaksud menguasai harta ayahnya.

Setelah Pak Suryo meninggal dunia, usaha ondermening Megaputih diteruskan oleh istrinya, sedangkan Harsono lebih memilih untuk hidup di kota besar dan memboros boroskan harta peninggalan ayahnya. Sutopo yang tidak ingin melihat ibunya bekerja keras, berusaha membantunya untuk menjalankan Ondermening Megaputih. Karena kecekatan dan kemahiran Sutopo dalam mengelola Ondemening teh Mega Putih, perkebunan tersebut mengalami kemajuan pesat. Namun, Harsono tidak menghargai jerih payahnya. Ia bahkan menganggap kakak tirinya sebagai pekerja bulanan biasa dan mengabaikan haknya.
Suatu hari, ibunya memanggil Harsono yang sudah lama tidak pulang ke perkebunan. Ia ingin agar Harsono menangani perkebunan tersebut, sehingga mau tidak mau Sutopo menyerahkan Ondemening tesebut kepada adik tirinya. Namun, semua pekerja tidak menyukai Harsono karena tindakannya kasar kepada bawahannya. Ia bahkan telah menodai Suryani , seorang pemetik teh. Ia juga mencoba menodai Sadra, seorang wanita cantik, yang bertabiat buruk dan sangat materialistis. Karena kecantikan dan kemahiran Sandra dalam merayunya, Harsono justru jatuh ke dalam jeratan wanita itu. Ia bahkan rela menghambur hamburkan hartanya untuk menyenangkan wanita itu. Hubungan Harsono dan Sandra semakin akrab berkat bantuan Suwanto, salah seorang teman Sandra yang ingin memanfaatkan kekayaan Harsono. 

Harsono dan Sandra sepakat untuk menikah. Setelah itu, mereka berangkat menuju Jakarta dengan membawa sejumlah uang pemberian ibu Sutro. Namun, perkawnan mereka tidak bahagia. Sandra selalu memboros boros hartanya, sehingga keuangan Harsono makin lama semakin menipis dan musnah sama sekali. Kini Harsono tidak lagi berharta. Sandra pun atas hasutan Suwanto pergi meninggalkan dirinya. Ketika mengetahui kepergian istrinya, Harsono menjadi sangat marah.

Pada saat yang bersamaan, Harsono didatangi oleh Sutopo dan Suryani (pemetik teh yang telah di nodainya). Mereka datang untuk meminta pertanggung jawaban Harsono. Namun, harsono tidak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya itu. Ia bahkan memaki maki kedua orang itu sehingga suasana saat itu bertambah tegang. Namun, karena Sutopo mencoba menahan emosinya, tidak terjadi pertengkaran di antara mereka.

Beberapa hari kemudian, Sandra menemui Harsono untuk menuntut cerai. Namun, Harsono menolak permintaan itu. Ia menegaskan bahwa sudah sepantasnya apabila suami istri selalu bersama sama dalam menanggung kesusahan dan kesenangan. Mendengar penuturan suaminya, Sandra mengatakan bahwa ia menikah dengannya bukan karena cinta, melainkan karena harta. Karena Harsono menjadi sangat marah mendengar jawaban istrinya. Ia menampar Sandra dan mencekiknya hingga wanita itu meninggal dunia.
Dalam keadaan yang sangat kacaum Harsono kemudian melaporkan kematian istrinya kepada polisi. Namun, untung baginya karena hasil penyelidikan menyimpulkan bahwa kematian Sandra disebabkan penyakit jantung yang menyerangnya secara tiba tiba, buka karena penganiayaannya. Setelah kejadian itu, Harsono memutuskan kembali ke kampun halamannya untuk melihat keluarganya terakhir kalinya. Setelah itu, ia memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya.
Sementara itu, Sutopo telah menikah dengan Suryani untuk menutupi aib keluarga Suryo. Pikiran Sutopo sedang melayang layang ke masa lalu pada saat Suryani masih remaja. Ia sering mendengar dentingan piano Suryani menyanyikan lagu CITRA, yaitu bayangan waktu fajar yang diciptakan oleh Cornel Simanjuntak, salah seorang temannya yang menjadi pujangga musik dahulu. Kini takhir Tuhan telah menentukan Suryani sebagai istrinya.

Citra, engkaulah bayangan
Waktu subuh mendatang
Citra, kaugelisah malam
Dalam kabut suram....

Kau dekap malam
Pelukan penghabisan
Kausingkap tirai kabut
Dan selubung ....

Tenggelam kaujumpai
Didalam riba malam
Kau buka pagi baru
Senja nyawamu
Citra kau bayangan  abadi
Dalam kabur fajar....
                                                Cipt. Cornel simanjuntak, syair oleh Usmair Ismail

Sebelum pergi, Harsono mengakui kesalahannya di hadapan ibunya. Ia pun menyadari bahwa segala prasangka buruk kepada kaka tirinya itu tidaklah benar. Dengan sepenuh hati, ia menyadari bahwa kakak tirinya telah menyelamatkan keluarganya.

Karya Usmar Ismail
0 Komentar untuk "Cerpen - CITRA (Bayangan Waktu Fajar)"

Back To Top